Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menggandeng Industrial Bank of Korea (IBK) untuk mengembangkan bisnis di Negri Ginseng yang cukup besar.

Nota kesepahaman kerja sama bisnis internasional kedua perusahaan itu ditandatangani oleh Direktur Keuangan BRI Achmad Baiquni bersama Chair and CEO Industrial Bank of Korea Jun-Hee Cho di Jakarta, Selasa.

Dalam kesempatan itu, Direktur Keuangan BRI mengatakan, potensi dari kerja sama itu membuka jalan perseroan untuk mengembangkan dan menggarap potensi bisnis yang ada antara Indonesia dengan Korea terutama bisnis remitansi, trade finance (pembiayaan perdagangan).


"Saat ini kita fokus pada remitansi dan trade finance dulu, baru nanti ke pembiayaan," katanya.

Ia menambahkan, kerja sama itu juga menindaklanjuti kerja sama dengan Badan Koordinasi Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) terkait dengan cukup banyaknya TKI di Korea Selatan.

Ia mengemukakan, jumlah TKI di Korea sekitar 37.000 orang, sebanyak 6.000 TKI menggunakan Industrial Bank of Korea (IBK) untuk melakukan pengiriman uang ke Indonesia.

"Jadi, dari 6.000 TKI, kalau per bulan satu orang kirim Rp10 juta, itu paling tidak ada Rp60 miliar. Biaya yang dikenakan Rp15.000-Rp25.000," katanya.

Ia mengharapkan, perolehan fee based income trade finance sebesar Rp75 miliar, fee based income remitansi Rp4 miliar, dan pendapatan dana mengendap sebesar Rp8 miliar, serta pendapatan selisih kurs valuta asing Rp515 juta.

"Namun yang lebih penting dari itu, kita berupaya melayani nasabah BRI di luar negeri," ujar Achmad Baiquni.

Chair and CEO Industrial Bank of Korea Jun-Hee Cho menilai, Indonesia memiliki potensi besar untuk kerja sama dalam industri perbankan.

"Kami belum punya cabang di Indonesia. Kalau kami mau menyalurkan pembiayaan ke perusahaan Korea di sini, penjaminannya bisa melalui bank yang ada di Indonesia," ujar dia.

Menurut dia, kerja sama dengan BRI dikarenakan memiliki visi yang sama yakni fokus kepada sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM).

"Selain fokus terhadap UMKM, kita juga merupakan bank yang mayoritas sahamnya dimiliki negara masing-masing. Di IBK Pemerintah Korea memegang saham sebanyak 91 persen," kata dia.

Ia menambahkan, dengan kerja sama itu pihak IBK melihat potensi bisnis yang salaing menguntungkan bagi kedua belah pihak seperti layanan remitansi.

"Ada 6.000 tenaga kerja Indonesia di Korsel yang terdaftar di IBK untuk pengiriman uang ke Indonesia. TKI juga nanti dapat membuka rekening untuk pinjaman usaha ataupun transaksi valas," kata Jun-Hee.

(KR-ZMF/A023)